"kak lapar?".

"Sebentar lagi".

Kata ku sambil tetap mengais tanpa melihat kearah adik ku 

"Dapat, kata ku girang sambil menujukan sepotong daging utuh yang hanya di makan ujungnya saja. 

Ya begitulah org kaya berani membayar mahal, hanya untuk seujung daging yang di sediakan di hotel mewah.

"Mas mau coba?"

"Makan saja."

Terlihat enak memang, namun aku lebih memilih mengais yang lain biarlah dia yang menghabiskan nya agar nnt malam dia tak mengeluh lapar lagi. 

"Mas siapa itu?"

Di ujung jalan aku melihat seorang wanita dan pria kaya mendekat k arah kami.

"Dik saya boleh bertanya?"

"Apakah aku akan mendapatkan uang bila bisa menjawab".

" Ya tentu saja".

Aku menoleh k arah adik ku dan tersenyum, menyadari bahwa nnt malam kami bisa membeli sesuatu untuk di makan. 

"Ya tanya saja. Sebanyak yang ingin anda mau tuan. 

" Apakah kamu memiliki orang tua?"

" Tidak, aku hanya tinggal bertiga dengan adik dan kakek.

"Adik???"

"Ya dia adik ku.

"Raut wajah kalian tidak sama.

"Kata kakek kami yang ada di sini smua adalah saudara.

Aku tak tau kenapa raut wajahnya menjadi sendu. Dan wanita itu tiba-tiba menangis. 

"Tuan mana uangnya sudah saya jawab smua pertanyaan tuan".

"Nak bolehkah aku bertemu dengan kakek mu?"

"Untuk apa tuan, apakah uang yang akan tuan berikan terlalu bnyk sehingga harus bertemu dengan kakek saya".

"Tidak, bukan itu maksud saya. Saya ingin bertanya dengan kakek dimana kamu di temukan nak.

"Ooo kalau soal itu aku tau, aku di temukan di sini di tumpukan sampah bersama se'ekor anjing yang menjilat-jilat darah ku sampai bersih, dan kini anjing itu tlah mati di tabrak mobil mewah yang melintas dengan gagahnya. 

Semakin sendu wajah tuan itu. Dan istrinya tak sanggup lagi menatap k arah kami, oleng ya kini dia berdiri di bantu oleh tangan suaminya. 

"Ada apa mas, apakah mas menyakiti ibu itu?"

" Tidak. Aku tak menyentuh nya sama sekali, aku hanya menjawab pertanyaan tuan itu".

Sudah lah mari kita pergi, katakan dengan riang pada kakek bahwa kita akan makan enak malam ini.

Miris memang ucapan polos dari bibirnya, dia berkata tanpa beban namun hujaman itu begitu dahsyat untuk tuan dan nyonya berbaju rapi itu sangat kontras dengan pakaian lesu anak kecil yang di ajaknya berbicara tadi.

Desahan itu menggema di ruangan sempit tanpa nama. Sama-sama mengundang hasrat dan gairah sampai lupa bahwa dunia bukan hanya milik mereka. Wanita itu menangis di sudut kamar mandi ketika mengetahui dia tlah berbadan dua. Bukan pernikahan yang indah yang dia dapat, malah tarikan dan paksaan untuk mengugurkan anak itu.

Ya, lelaki yang ada di sampingnya dulu pernah lari dan meninggalkannnya tanpa kata. Dia pernah hampir mati meregang nyawa demi melahirkan anak yang tanpa dosa. Walaupun pada akhirnya dia harus merelakan anak itu di ambil tanpa persetujuan nya. Dunia nya memutar entah siapa yang harus di salahkannya skrng. Dirinya, lelaki yang kini menjadi suaminya atau org tua nya yang tlah membuang anaknya.